Rohana Kuddus lahir di Koto Gadang, Bukit Tinggi pada tanggal 20
Desember 1884 dan meninggal dunia pada tanggal 17 Agustus 1972. Rohana
Kuddus adalah anak pertama pasangan Moehammad Rasjad Maharadja Soetan
dan Kiam. Rohana Kuddus adalah kakak tiri dari Sutan Syahrir.
Perjuangan
Rohana Kuddus dalam memajukan kaum wanita sangatlah nyata, tidak
seperti wanita lain yang hanya berani bicara dan menulis tentang
persamaan hak wanita dan perluasan kesempatan bagi kaum wanita tetapi
menyerah dan menjadi korban (kalau tidak bisa dibilang pelestari)
tradisi dan adat yang ditentangnya itu. Rohana Kuddus harus pergi dari
kampung halamannya ke Medan untuk meneruskan perjuangannya bagi kaum
wanita karena banyaknya ketidaksetujuan orang sekampungnya akan tujuan
perjuangannya.
Selama mengungsi ke Lubuk Pakam dan Medan, Rohana
Kuddus aktif mengajar dan menjadi pemimpin redaksi surat kabar Perempuan
Bergerak. Tiga tahun kemudian, Rohana Kuddus pindah ke Padang dan
menjadi redaktur surat kabar Radio yang diterbitkan Cina Melayu di
Padang dan surat kabar Cahaja Sumatera.
Semangat Rohana Kuddus
untuk memajukan pendidikan sudah terlihat sejak usia yang sangat dini
yaitu 8 tahun dimana ia sudah mulai mengajar teman-teman sebayanya
membaca. Rohana Kuddus juga menjadi pelopor pendidikan dengan mendirikan
sekolah keterampilan Kerajinan Amai Setia yang merupakan permulaan
industri rumah tangga di Minangkabau.
Pada tahun 1912, Rohana
Kuddus mendirikan Surat Kabar Soenting Melayu, setahun setelah Dja Endar
Muda mendirikan surat kabar pertama di Padang. Soenting Melayu tidak
hanya membahas mengenai masalah wanita tetapi juga masalah politik dan
kriminal yang terjadi di ranah Minang. Usia dari Soenting Melayu ini
hanya 9 tahun, sebuah usia yang cukup panjang buat surat kabar pada
tahun itu yang rata-rata hanya bertahan 3 bulan.
Perjuangan Rohana
Kuddus tidak hanya sebatas tulis menulis, selain mendirikan sekolah
keterampilan, Rohana Kuddus juga ikut mendirikan dapur umum dan badan
sosial untuk membantu gerilyawan dalam melawan Belanda. Rohana Kuddus
juga menemukan cara penyelundupan senjata dari Koto Gadang ke Payakumbuh
melalui Bukit Tinggi dan Ngarai Sianok.
Penghargaan yang pernah diterima
Pemerintah
Provinsi Sumatera Barat menganugrahi Rohana Kuddus dengan Wartawati
Pertama Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1974 (Dua tahun setelah beliau
meninggal dunia).
Menteri Penerangan Harmoko pada Hari Pers
Nasional ke 3 tanggal 9 Februari 1987 menganugrahi Rohana Kuddus dengan
Perintis Pers Indonesia.